Terorisme.

Apa yang pertama kali muncul di benak Rekan K-Hub ketika membaca kata tersebut? Apakah terasa perasaan tertentu: marah, sedih atau takut? Ataukah terbayang berbagai imaji yang kerap tersaji di media, seperti gambar seorang perempuan yang menerobos masuk kepolisian dengan senjata api di tangan atau asap tebal membumbung dari ledakan bahan peledak di pusat kota?

Sebagai salah satu istilah yang sangat sering diperbincangkan, Rekan K-Hub tentu memiliki pemahaman dan pendapat masing-masing mengenai terorisme. Tapi sebenarnya apa, sih, makna dari kata terorisme? Kemudian dari mana asal kata terorisme itu sendiri hingga dipakai secara luas saat ini?

Asal Kata Terorisme dan (Ketiadaan) Definisi Universal

Etimologi akar kata terorisme, ‘teror,’ diambil dari bahasa Latin terrer yang berarti menggetarkan atau menyebabkan kengerian akibat ketakutan yang besar. Teror sendiri dapat dimaknai sebagai sebuah keadaan yang dikarakteristikkan oleh rasa takut yang besar akan suatu bahaya yang mengancam (individu) atau sebuah iklim ketakutan (kolektif). Sementara, secara umum terorisme dapat dimaknai sebagai sebuah aktivitas, metode, atau taktik yang, sebagai dampak psikologis, bertujuan untuk menimbulkan ‘teror’ (Schmid, 2011).

Penggunaan kata terorisme secara masif dapat ditelusuri sejak era Revolusi Prancis. Pada awalnya, terorisme lebih merujuk pada tindakan teror yang dilakukan pemerintah kepada warga negaranya. Namun semenjak abad ke-19, terorisme mulai mengalami pergeseran makna dengan turut mencakup tindakan yang dilakukan oleh kelompok non-pemerintah (Sasongko, 2018). Momentum kata terorisme kemudian mencapai titik puncak setelah Perang Dingin, terutama pasca serangan 11 September dengan adanya Global War on Terrorism yang dicetuskan oleh Amerika Serikat (Ansori et al, 2019).

Terlepas dari penggunaan kata terorisme secara luas, nyatanya sulit sekali mengambil konsensus bersama mengenai definisi terorisme. Bahkan, mengutip pendapat seorang pakar teroris Alex Schmid, terorisme mungkin adalah istilah yang paling dipolitisasi di era ini. Hal ini karena penggunaan kata terorisme sarat akan kepentingan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Akibatnya, terorisme menjadi sebuah konsep yang terus diperdebatkan tanpa adanya satu definisi universal yang diterima. Oleh karena itu, penyusunan definisi terorisme dikembalikan kepada institusi atau negara masing-masing, yang menyebabkan beragamnya definisi terorisme (Schmid, 2011).

Walaupun begitu, dari berbagai definisi terorisme tersebut secara umum ada kesepakatan yang diambil oleh para pakar mengenai tiga elemen dasar definisi terorisme. Tiga elemen ini menjadi karakteristik sebuah kelompok yang melakukan tindakan terorisme atau dianggap sebagai organisasi teroris (Jahroni dan Makruf, 2016):

Tujuan politik
Alasan pelaksanaan tindakan terorisme guna mencapai tujuan politik menjadi hal utama yang membedakan terorisme dari bentuk kekerasan lainnya.
Kekerasan
Aksi terorisme adalah aktivitas yang melibatkan kekerasan atau ancaman kekerasan, dan dalam tahap tertentu menggunakan senjata mematikan kepada target sasaran untuk menyampaikan pesan tertentu. Tujuan utama dari penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini adalah untuk menciptakan ketakutan secara masif.
Target Sasaran
Terdapat beberapa kategori kelompok sasaran terorisme:

Mereka yang dianggap musuh, seringkali adalah pemerintah sah.
Mereka yang dianggap mendukung musuh, seperti masyarakat atau mereka yang dianggap bagian dari pemerintah.
Individual yang menjadi target langsung, termasuk keluarga dan kawan individu tersebut.
Wilayah publik yang cukup netral.
Wilayah yang diklaim sebagai wilayah yang bisa dikuasai atau dimiliki.
Kepentingan atau properti asing yang dianggap musuh.
Kelompok lain yang berseberangan.
Media.

Terorisme di Indonesia

Di Indonesia, tindak terorisme telah teridentifikasi sejak era perjuangan merebut kemerdekaan. Gaung terorisme di Indonesia semakin menguat di era Reformasi pasca terjadinya Bom Bali I tahun 2002. Terorisme di era ini sering disebut juga ‘Terorisme Baru’ karena adanya pergeseran target tindakan terorisme, dari yang awalnya menargetkan properti negara menjadi warga sipil, warga negara Indonesia, dan warga negara asing (Zakiyah, 2016). Terorisme beserta upaya penanganannya mulai diperbincangkan secara serius di tataran nasional. Hal ini kemudian melahirkan berbagai institusi dan kerangka regulasi mengenai terorisme..

Di tengah perbincangan tersebut, definisi terorisme menjadi salah satu isu yang paling dikontestasikan. Dalam penyusunan RUU Terorisme, pemerintah dan DPR membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai konsensus definisi terorisme yang akan digunakan, terutama mengenai motif tindak terorisme (Ridhoi, 2018). Setelah melalui perdebatan alot, tercapai kesepakatan bahwa berdasarkan UU No. 5 Tahun 2018, terorisme adalah: “perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.” Definisi ini kemudian menjadi landasan utama seluruh upaya pencegahan dan penanganan terorisme di Indonesia.

Penutup

Diskusi dan perdebatan mengenai terorisme masih akan terus berlanjut hingga jangka waktu yang lama, bahkan mungkin tak akan berujung. Walaupun begitu, perbincangan ini harus terus dihidupkan agar pemahaman akan fenomena ini terus berkembang. Sehingga, dapat tercipta upaya pencegahan dan penanganan terorisme yang semakin efektif dan tepat sasaran. Selama eksistensi kelompok-kelompok penebar ketakutan masih terjaga, maka upaya perlawanan terhadap terorisme tidak akan berhenti.

Sumber:

Ansori, Mohammad Hasan et al. Memberantas Terorisme di Indonesia: Praktik, Kebijakan, dan Tantangan. Jakarta: The Habibie Center, 2019.

Jahroni, Jajang dan Jamhari Makruf. Memahami Terorisme: Sejarah, Konsep, dan Model. Banten: Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), 2016.

Ridhoi, M. Ahsan. “Debat Alot Definisi Sebelum RUU Terorisme Disahkan DPR.”Tirto, diakses melalui https://tirto.id/debat-alot-definisi-sebelum-ruu-terorisme-disahkan-dpr-cK7w pada 7 Agustus 2021.

Sasongko, Agung. “Istilah Terorisme muncul di Masa Revolusi Prancis.” Republika, dakses melalui https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/09/18/pf8m2l313-istilah-terorisme-muncul-di-masa-revolusi-prancis pada 7 Agustus 2021.

Schmid, Alex. The Routledge Handbook of Terrorisme Research. New York: Routledge, 2011.

Zakiyah. “The Chronicle of Terrorism and Islamic MIlitancy in Indonesia.” Journal of Science and Religion 01, No. 01 (June 2016): 19-40.

Tipe Blog

Pendekatan

Topik